Sunday, June 10, 2007

Revisi Buku Sejarah Amerika Setelah '11 September'

Setahun setelah serangan teroris 11 September, pelajar-pelajar SMU di Amerika dapat membaca mengenai peristiwa itu dan konsekuensinya di buku-buku sejarah mereka yang telah direvisi. Wartawan Suara Amerika Laurie Kassman melaporkan bahwa peristiwa dengan bencana berskala besar itu telah pula memberi ilham terbitnya ratusan buku untuk umum.

Sejak tragedi 11 September, beberapa ratus buku dengan cepat telah diterbitkan. Buku-buku itu misalnya tentang pengalaman pribadi ketika perisitiwa itu terjadi, tetapi juga tentang terorisme pada umumnya. Di samping itu, karena para pelaku peristiwa itu kebetulan beragama Islam, dan pernyataan-pernyataan pemimpin-pemimpin Amerika termasuk Presiden Bush yang mengingatkan rakyat agar jangan menyangkut-pautkan peristiwa itu dengan agama Islam, maka banyak pula bermunculan buku-buku mengenai agama Islam yang dijual di toko-toko buku. Editor majalah bernama BOOK MAGAZINE, Jerome Kramer tidak heran. Ia mengatakan: ”Saya rasa peristiwa yang terjadi memang luar biasa, belum pernah terjadi, yang terjadi di jantung pusat hiburan, media dan keuangan dunia. Karena itu banyak sekali perhatian terhadap peristiwa ini, boleh dikatakan dari sejak peristiwa itu terjadi.” Buku-buku diteribtkan baik untuk orang dewasa, anak belasan tahun, dan anak-anak yang lebih muda. Dan buku-buku yang diterbitkan itu bermacam-macam, ada memoir dari istri atau suami para korban dan buku yang berisi foto-foto yang menunjukkan usaha penyelamatan yang heroik yang dilakukan oleh anggota-anggota pemadam kebakaran dan polisi di New York dan Washington.

Sekurang-kurangnya 40 buku mengenai peristiwa ini menduduki peringkat teratas dalam daftar buku terlaris. Kramer mengatakan yang paling populer hari-hari belakangan ini adalah cerita-cerita pribadi orang-orang yang mengalami perisitiwa itu, tetapi buku-buku yang menyangkut konsekuensi dan penyebab peristiwa itu terjadi, masih akan diterbitkan. Ia mengatakan:

Buku-buku yang menjelaskan lebih terinci tentang Islam, juga tentang terorisme dan bagaimana sampai Amerika mengalami bencana ini, benih yang ditanam, Afghanistan sebelum dan sesudah peristiwa itu, memang belum banyak yang tersedia pada ulang tahun peristiwa itu. Tetapi buku-buku semacam itu akan segera bermunculan, dalam jangka panjang, buku-buku yang akan mempunyai dampak besar seperti itu akan diterbitkan.”

Melihat tragedi itu dari sudut berbeda juga menjadi perhatian besar para penrebit, sementara mereka dengan cepat mengambil langkah untuk merevisi buku-buku sejarah untuk sekolah-sekolah menengah. David Lippman, wakil presiden penerbit buku Holt, Rinehart and Winston mengatakan:

”Kami sebenarnya sedang dalam proses merevisi buku-buku kami. Buku-buku kami baru saja masuk percetakan.”

Perusahaannya, seperti banyak lainnya, dapat menghentikan pencetakan pada menit-menit terakhir untuk melakukan revisi dan menjadwalkan kembali penerbitan bukunya. Ia mengatakan lebih dari 100-ribu buku sejarah telah dikirim ke sekolah-sekolah pada permulaan tahun ajaran baru sekarang ini.

Lippman mengatakan sebuah bab ditambahkan pada akhir buku pelajaran sejarah yang diterbitkannya, kurang lebih enam halaman, berisi uraian terinci mengenai serangan teroris September lalu dan operasi militer Amerika di Afghanistan yang dilancarkan kemudian. Lippman:

Sangat sulit kalau kita melakukan hal itu dalam sebuah buku sejarah, ketika kita harus menulis tentang sesuatu yang masih berjalan. Sejarah pada umumnya adalah sesuatu yang dipandang dari perspektif beberapa tahun kemudian dan ketika peristiwa itu sedang atau masih terjadi, kita berusaha untuk melakukannya se-obyektif mungkin berdasarkan fakta-fakta yang ada.”

Akhir-akhir ini, sebagian besar penerbit buku pelajaran mempunyai website di internet yang terus-menerus menyesuaikan pelajar sejarah dengan peristiwa yang terjadi pada saat ini. Bagi mereka yang menulis revisi buku sejarah itu, halaman yang tersedia menjadi musuh paling besar. Gurubesar Sejarah di Universitas California, Gary Nash, menulis revisi buku sejarah untuk SMU di Amerika, berjudul “The American Odyssey.” Ia mengatakan:

Dalam sebuah buku pelajaran setebal 900 sampai seribu halaman, kita akan mengira akan banyak halaman yang tersedia untuk melakukan revisi. Tetapi begitu banyak yang harus dijelaskan. Dan menambahkannya pada akhir buku, hal itu akan harus menjelaskan mengenai peristiwa 11 September dan intervensi militer Amerika di Afghanistan. Tetapi panulis revisi hanya boleh menulis beberapa paragraf saja, jadi tantangannya adalah bagaimana kita harus membuat anak berumur 11 tahun mengerti dengan baik perisitiwa 11 September itu, arti pentingnya, maknanya, penyebabnya dan obatnya yang harus ditulis pada halaman yang terbatas itu?”

Profesor Nash juga menekankan perlunya menyadarkan para pelajar untuk berpikir lebih jauh dari perisitiwa 11 September itu. Ia mengatakan: ”Terorisme bukanlah sesuatu yang baru dan kami harap anak-anak klas 11 atau klas 2 SMU itudapat berpikir lebih jauh, mengenai asal muasal terorisme dan apa yang kita hadapi, tidak sekedar mengetahui sekelompok orang tidak waras, tidak sekedar orang-orang jahat melawan kebebasan.”

Penerbit buku pelajaran, Lippman sependapat. Ia mengatakan: ”Kami sangat prihatin, semuanya ini hendaknya jangan diartikan sebagai sikap anti Muslim atau anti Islam. Kami ingin memastikan semuanya itu dalam konteks yang tepat.”

Dapat dipastikan organisasi-organisasi Islam seperti Council on American-Islamic Relations, CAIR akan menyorotkan perhatian pada buku-buku yang menyebut-nyebut tentang Islam, untuk memastikan bahwa buku-buku tersebut, terutama buku-buku pelajaran tidak memberikan informasi yang lepas kaitan atau bahkan memberikan misinformasi. ***

Sumber: http://www.voanews.com/indonesian/archive/2002-09/a-2002-09-19-8-1.cfm

No comments: